Jumat, 16 Oktober 2009

Wedi Ombo : Melelahkan tapi Mengasyikkan

Pada liburan anak-anak sekolah Juli 2009 yang lalu tepatnya 5 Juli 2009 , seperti biasa anak-anak yang biasanya sekolah pada protes, bosan dirumah. Spontan saja, kami merancang Road to Wediombo. Kemana itu Pa? ah pengin tahu aja, pokoknya ikut aja?

Road to Wediombo

Pantai Wediombo bisa dijangkau dari Jogjakarta dengan mengendarai kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Utamanya jika menggunakan kendaraan pribadi kita bisa lebih cepat dan sewaktu-waktu datang-pergi. Jikalau menggunakan kendaraan umum yaitu bus dari Jogjakarta-Wonosari dan Wonosari-Jepitu lalu diteruskan dengan naik ojek akan memakan waktu lebih lama, plus tak bisa semaunya datang dan pergi.

Jarak keseluruhan dari kota Jogja ke lokasi adalah 70 kilometer dengan variasi medan jalan yang mulus namun berliku naik-turun bukit. Turunan yang curam harus dibalas keesokannya dengan tanjakan yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya. Belum lagi tikungan yang tiba-tiba menghadirkan truk besar atau bus-bus ngebut yang bisa bikin panik. Konsentrasi dipacu sepanjang perjalanan, sebab sepinya jalanan malah bisa membuat konsentrasi buyar dan ngantuk.

Sampai dengan rute Jogja-Wonosari kita akan direpotkan dengan jalan meliuk ala bukit pathuk dan hamparan pohon-pohon yang teduh. Sisa perjalanan Wonosari-Jepitu adalah sisa perjalanan yang mengesankan. Hamparan bukit hijau dan peladangan jagung milik penduduk akan menyambut dan mengiringi perjalanan. Sesekali rombongan berpapasan dengan penduduk yang baru pulang dari ladang dengan memanggul sebongkok rumput atau kayu bakar.

Plang petunjuk arah akan banyak ditemukan sepanjang perjalanan. Ada dua pilihan untuk menuju tempat ini, bisa menggunakan jalur menuju Pantai Baron lalu mengambil arah ke kiri atau menggunakan arah Semanu yang lebih bagus jalannya. Pertanda jika kita sudah mendekati pantai ini adalah air laut sudah tampak dari bukit yang jauh. Mirip pemandangan pelabuhan-pelabuhan di Lampung.


Barisan Pantai

Gunungkidul adalah surganya pantai di Jogja. Mulai dari trio pantai yang terkenal, Baron-Krakal-Kukup, belakangan ini potensi beberapa pantai lainnya bersinar lebih moncer. Mungkin karena orang ke pantai memang cari suasana sepi, dan bukan hiruk-pikuk lalu lalang manusia macam ketiga pantai pertama. Maka, sebut saja Sundak, Ngrenehan, Drini, Siung, Wediombo sampai Sadeng yang berderet-deret berpagut dengan bibir laut selatan, muncul sebagai primadona baru. Pantai yang sepi dan pasir putih adalah godaan bagi setiap penggila pantai. Air yang masih jernih dan ikan-ikan kecil adalah tawaran menarik tersendiri dari pantai-pantai ini.

Wediombo

Pantai Wediombo adalah pantai paling timur nomer dua dari barisan pantai di Gunungkidul setelah Pantai Sadeng yang dekat dengan muara Bengawan Solo purba. Pantai berpasir putih, lengkap dengan batuan beku luar atau aliran lava purba dan breksi gunung api yang berasoisasi dengan batuan terobosan Gunung Batur (gunung purba). Pantai berbatu besar mengingatkan

kita pada salah satu scene dalam film Laskar Pelangi, bedanya kalau di pantai Bangka-Belitong adalah batuan granit, jika di Wediombo ini adalah berstruktur batuan andesit.


Pantai Wediombo

Pasir putih yang terhampar di pantai ini memang tak seluas jika dibayangkan dari namanya ( wedi = pasir, Ombo= luas). Pada kondisi surut saja, pasir terhampar hanya sekitar sepuluh meter dari bibir pantai. Namun kecantikan pantai ini secara keseluruhan membuat kami tak sempat memproters keadaa itu. Pasir yang bersatu dengan cangkang kerang adalah tidak bersahabat lagi bagi telapak kaki telanjang, sehingga sandal jepit menjadi sangat berguna. Batu-batuan besar sisa aktivitas lava purba itu menjadi tempat yang tepat untuk memandang luas pantai yang digempur ombak laut selatan. Di kiri dan kanan, kami dikepung sisa pegungungan purba, Manjung dan Batur yang bermuka tebing karang langsung berhadapan dengan ombak pantai selatan.

Untuk ukuran orang Jogja berwisata ketempat ini memang relatif mahal dan melelahkan karena jauhnya jarak. Namun jika dibandingkan dengan kepuasan batin yang akan didapat, mahal atau lelahnya itu tak ada apa-apanyalah. Anung

Photo kenangan di Wediombo (maaf sebenarnya banyak tapi sirna karena kesalahan teknis)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar