Selasa, 06 Oktober 2009

Mengintip Tanah Jawa dari Puncak Suroloyo

Barangkali banyak diantara para pembaca yang belum mengetahui, bahwa di kawasan perbukitan Menoreh sebelah utara, terdapat satu kawasan puncak yang cukup tinggi, yang memiliki panorama dan pesona tersendiri. Puncak itu dokenal orang sebagai puncak Suroloyo. Puncak berketinggian sekitar 1.066 m dpl ini dapat ditempuh selama kurang lebih 1 jam dari kota Yogyakarta, kearah Kalibawang dan Sendangsono.

Jalan yang bisa ditempuh berliku dan naik tajam-tajam dengan tikungan yang patah tajam. Mulai dari Kalibawang, jalan yang ditempuh tidak terlalu lebar, namun tetap bisa digunakan untuk dua mobil berpapasan. Sementara untuk angkutan bis, rasa-rasanya tidak bisa dan harus berhenti di Kalibawang.

Dari puncak setinggi 1.019 meter ini, pengunjung dapat menikmati keindahan lansekap pulau Jawa ke delapan penejuru mata angin, menatap gunung hingga pantai dengan jarak pandang ratusan kilometer.

Saat terbaik untuk menikmati bentangalam dari puncak Suroloyo adalah sat matahari terbit hingga di bawah pukul 10.00. Pemandangan akan lebih maksimal terlihat, jika langit dalam keadaan cerah. Untuk mencapai tempat ini, pengunjung harus berjalan menanjak lebih dari 150 meter, melalui 286 anak tangga dengan sudut kemiringan antara 30 hingga 60 derajat. Namun, udara pegunungan yang sejuk dan badan yang terasa sehat karena lancarnya aliran darah menjadikan perjalanan itu menyenangkan.

Pemandangan di puncak ini dapat dinikmati dari tiga gardu pandang yang dikenal dengan nama “pertapaan” yaitu Suroloyo, Sariloyo dan Kaendran. Pertapaan Suroloyo, yaitu sebidang tanah datar ukuran 7x15 meter persegi, diyakini sebagai tempat pertapaan Sultan Agung. Pertapaan ini hanya dikelilingi oleh pagar disertai adanya Arca Dewa Syiwa di atas Nandini (lembu betina kendaraan Dewa Syiwa). Sebuah kombinasi sempurna khas tanah Jawa yang sungguh sangat fantastik. Sebuah perpaduan sejarah-religi-budaya lokal.

Dari tempat ini, jika memandang ke arah utara, pengunjung dapat melihat kota Magelang (dengan bukit Tidarnya) serta Candi Borobudur. Pada sisi tenggara terlihat lansekap kota Yogyakarta hingga Candi Prambanan. Adapun di awah timur terlihat puncak Merapi dengan deretan awan putih yang menyelubunginya.

Pertapaan Sariloyo merupakan tempat ideal untuk menikmati lansekap gunung Sumbung dan Sindoro di Jateng dengan kawasan hutan lindung dan tekstur yang berbukit-bukit. Sebelum mencapai gardu yang berada 200 metersebelah barat puncak Suroloyo ini, terdapat tanah datar yang disebut ”Tegal Kepanasan”, lokasi berdirinya tugu setinggi satu meter penanda batas wilayah Propinsi Jateng dengan DIY. Sekarang ditempat ini sudah dibangun fasilitas wisata berupa fliyng foxs dari puncak Sariloyo menuju tanah datar.

Di pertapaan Kaendran, sekitar 250 meter barat daya puncak Suroloyo, wisatawan dapat memandang wilayah Kulon Progo hingga pantai Selatan (pantai Congot, Glahag higga Trisik). Dari arah barat hingga timur, di kejauhan terbetang pesisir samudera Indonesia, serta kawasan obyek wisata pantai glagah. Topografi yang unik dari ketiga gardu pandang ini terlihat jelas. Dimana merupakan puncak dari bukit yang kecuramannya bisa mencapai 75 derajat di satu sisinya. Seolah-olah merupakan tiang-tiang batu karang raksasa yang naik ke permukaan.

Secara geologis, batuannya terlihat khas sebagai gunung api purba berumur Miosen (sekitar 50 hingga 60 juta tahun lampau), yang terdiri dari andesit dan breksi volkanik serta kars (abtu gamping) yang sudah tergerus, dan bahkan sudah menjadi pelapisan baru membentuk perbukktan yang curam. Morfolgis itu menunjukkan kebesaran Tuhan, dimana terjadi proses pengungkitan karena aktivitas magmatisme dimasa lampau. Sebuah tipikal kawasan pergunungan (api) purba, dimana Perbukitan Menoreh dikenal sebagai salah satu Gunung Api Purba Tersier di pulau Jawa (Bemmelen 1949).

Pendek kata, keindahan alam terpampang di depan mata. Kamera seolah tidak bisa menggambarkan keindahan lansekap pulau Jawa secara utuh dari puncak Suroloyo. Dengan kekayaan mitos dan budaya lokal yang ditawarkan, tidak cukup ruang dari tulisan ini untuk mengakomodasinya. Hanya mata manusia yang sangat sempurna, yang bisa menggambarkan keindahan tersebut setiap detilnya. Semua orang yang pernah kesana, dipastikan akan berdecak kagum dengan keindahan lansekap yang tiada taranya.

Setiap tangga 1 Suro (kalender Jawa) lebih dari 5.000 orang memadari kawasan ini. Mereka datang untuk menyaksikan arak-arakan upacara ”jamasan” (memandikan) pusaka Tombang Kyai Manggolo Murti dan Songsong Kyai Manggolo Dewo, di Sedang Kawididaeran yang terletak sekitar 300 meter selatan puncak Suroloyo. Kedua pusaka Keraton Yogyakarta ini dititipkan pada sesepuh Dusun Keceme, Mbah Manten Hadi-Wiharjo semasa Sultan Hamengku Buwono (HB) IX.

Di puncak ini, sangat memungkinkan dikembangkan olah raga kedigantaraan seperti gantole, paralayang dan sejenisnya. Mungkin, para investor bisa diajak untuk mengembang sarana dan prasarana di puncak perbukitan menoreh ini yang sungguh sangat fantastik ini. Puncak Suroloyo beserta dengan keindahan lansekap nya, merupakan bukti dari kedigjayaan Sang Maestro Agung, Sang Penguasa Alam Semesta ini. (Susidarto)


Lihat alum!




1 komentar: